Total Tayangan Halaman

Jumat, 06 April 2012

Guang Ze Zun Wang

0 komentar
copas dari ss.Eko Kartio

SEJARAH : Guang Ze Zun Wang ( Kong Tek Cun Ong - Hokkian )
disebut juga
Bao An Zun Wang ( Po An Cun Ong - Hokkian ).

Secara umum Guang Zi Zun Wang disebut sebagai Guo Sheng Wang ( Kwee Seng Ong - Hokkian ), karena berasal dari keluarga Guo ( Kwee ). Guo Sheng Wang berasal dari kota Quanzhou, kabupaten Nanan, propinsi Fujian. Ia hidup pada jaman Dinasti Song dan nama aslinya Guo Hong Fu ( Kwee Ang Hok-Hokkian).

Menurut cerita yang banyak beredar, Guo Hong Fu pada waktu kecil bekerja sebagai gembala pada seorang tuan tanah yang sangat kikir. Ia hidup bersama ibunya yang sudah tua. Berkat bimbingan sang ibu ini, Hong Fu menjadi seorang anak yang rajin bekerja dan berbudi luhur. Pagi-pagi ia sudah bangun, dengan riang gembira pergi mengembala ternak yang dipercayakan kepadanya. Pada suatu hari sang hartawan mengundang seorang ahli Feng-shui ( Hong - swi - Hokkian ) untuk memperbaiki kuburan lehuhurnya.

Selama tinggal di rumah hartawan ia berkenalan dengan Guo Hong Fu.
Ia sangat tertarik pada pribadi anak gembala itu. Mereka menjadi sahabat baik meskipun usia mereka berbeda jauh. Karena kekikiran sang hartawan,seringkali tukang Feng - shui ini hanya diberi makanan nasi daiTlank seadanya. Hong Fu sangat iba pada orang tua ini.maka ia rela menyisihkan jatah nasinya untuk sahabatnya itu. Si tukang Feng - shui sangat berterima kasih atas kebaikan Hong - Fu. Untuk membalas budi anak ini, ia memberikan petunjuk agar memindahkan makam ayahnya ke suatu tempat yang menurut perhitungan fengshui bagus, agar kelak hidupnya bahagia.
Ia mengikuti petunjuk sang ahli Feng-shui atas persetujuan ibunya. Guo Hong Fu menggali kuburan ayahnya, mencuci tulangnya sampai bersih, membungkusnya dengan kain, di masukkan ke dalam periuk tanah liat dan dikubur lagi di suatu tempat "Mulai sekarang, kau harus menggembalakan ternakmu di sekitar tempat ini, sampai ada seorang lelaki bertudung besi menuntun kerbau dengan seorang anak lelaki yang berjalan di bawah perut kerbau lewat di situ.
Tempat dimana kau melihat mereka arah letak Feng shui yang terbaik dan kuburlah tulang-tulang avahmu di situ", pesan si ahli Feng-shui. Begitulah, dengan sabar Hong Fu menunggu sambil menggembalakan dengan periuk tanah berisi tulang belulang ayahnya tak pernah lepas dari gendongannya.
Suatu siang yang cerah mendadak berubah menjadi gelap dengan petir menyambar-nyambar dan hujan turun dengan lebatnya. Hong Fu tak sempat menggiring pulang temaknya, sehingga terpaksa berteduh di bawah pohon besar. Saat ia beerteduh, dari arah tikungan muncul seorang lelaki menuntun kerbau dengan terburu-buru. Ia menggunakan wajan besi untuk melindungi kepalanya dari hujan dan anaknya yang masih kecil berlindung di bawah perut kerbaunya. Melihat itu Hong Fu tertegun. Ia segera sadar akan pesan
sang ahli Feng-shui. Tanpa memperdulikan hujan yang masih mengucur,ia segera menggali di tempat dimana pertama kali ia melihat mereka dan menanamkan periuk berisi tulang ayahnya di situ. Dan aneh, begitu periuk di masukkan ke dalamnya, lubang itu segera menutup sendiri. Dengan riang hati,Guo Hong Fu menggiring ternaknya pulang. Waktu terus berlalu, pada suatu hari desa dimana Hong Fu tinggal diserbu kawanan perampok yang ganas.
Sasaran utama kawanan berandal itu adalah tempat hartawan kikir di mana Hong Fu bekerja. Mereka merampok harta benda dan membakar rumahnya.
Karena kekhawatiran akan kobaran api yang mulai menjalar ke tempat
tinggalnya Guo Hong Fu meloncat keluar dari jendela. Anehnya begitu
melihat dia kawanan rampok segera lari kalang kabut, api besar yang dilewati Hong Fu pun lalu mengecil dan padam seperti di guyur oleh air. Hong Fu tidak menyadari hal itu, warga kampung yang menyaksikan kejadian ajaib itu terbengong keheranan. Sejak kejadian itu, semua orang menaruh hormat, kepadanya, lebih-lebih sang hartawan kikir. Hong Fu tidak memperkenankan menggembala lagi, tapi diberi tunjangan hidup agar dapat hidup lebih layak bersama ibunya.
Pada suatu hari, setelah dewasa. Hong Fu mendapat bisikan suci bahwa ia akan menerima anugerah Tuhan untuk menjadi orang suci. Ia menceritakan hal itu kepada ibunya. Ia lalu mandi, keramas dan bersemedi dalam kamar sepanjang hari. Menjelang senja, sang ibu yang melihat putranya sejak pagi tidak keluar dari kamar, lalu rnendorong pintu karnar, tempat putranya bersemedi. alangkah kagetnya ia ketika menyaksikan tubuh Hong Fu bersama kursinya terapung di udara dalam keadaan semedi. Tanpa pikir panjang, ia segera menarik kaki putranya ke bawah, tapi terasa kaki putranya
telah dingin dan kaku. Ia baru menyadari ternyata putranya telah berpulang.
Sejak itu penduduk kampung selalu menghormati Guo Hong Fu
dan memuja sebagai orang suci dengan mendirikan keienteng.
Belakangan, karena Hong Fu sering muncul dan memberikan pertolongan jika terjadi bencana alam, maka penduduk memberinya gelar Guang Ze Zun Wang yang berarti " R a j a Mulia yang memberi berkah berlimpah" atau secara singkat disebut Guo Sheng Wang ( Kwee Seng Ong-Hokkian).
Guo Sheng Wang ditampilkan sebagai seorang pemuda memakai baju kebesaran dengan kaki yang satu bersila dan yang lain terjulur ke bawah, seperti waktu ia ditarik oleh ibunya. Hari lahirnya diperingati pada tanggal 22 bulan 8 Imlik, dan wafatnya pada tanggal 22 bulan 2 Imlik.
Sebuah versi lain, mengatakan bahwa sebetulnya yang dianggap sebagai Guo Sheng Wang adalah seorang Raja Muda yang hidup pada jaman Dinasti Tang yakni Guo Zi Yi (Kwee Cu Gi-Hokkian). Ia bergelar Fen Yang Wang (Hun Yang Ong-Hokkian) atau Raja Muda dari Fen - yang. Guo Zi Yi berjasa besar dalam menumpas pemberontakan An Lu Shan yang pada waktu

itu nyaris meruntuhkan Dinasti Tang. Secara umum Guo Zi Yi disebut Guo Fen Yang Gong. Ia banyak dipuja oleh keluarga Guo ( Kwee - Hokkian ) sebagai pelindungnya, hari lahirnya diperingati pada hari yang sama dengan Guo Sheng Wang.